Saturday, February 16, 2013

WOW!!
Hari berlalu begitu cepat seiring berjalannya waktu. Oh Tuhan, bisakah waktu ini Engkau percepat?
Aku bingung apa yang mesti aku perbuat Tuhan. Aku tidak ingin menyakiti sesamaku. Ajar aku untuk bisa menerima hal2 pahit yang tidak bisa aku terima Tuhan. Aku percaya Tuhan punya rencana yang indah. Pasti ada rencana yang indah. PASTI. Hal-hal makin complicated Tuhan, tolong buka mataku, hatiku Tuhan, aku tidak ingin salah melangkah, salah berbicara, salah bertindak yang bisa menyakiti hati sesamaku terlebih hati Tuhan. Hari ini aku ingat nazarku kepada Tuhan, dan akan ku bayar lunas Tuhan. It's all about You. You alone. Sekarang Tuhan, apapun keputusan yg akan aku buat, akan aku perbicangkan dengan Tuhan, aku tdk akan mengambil langkah apapun tanpa seijin Tuhan, krn hidup ini begitu jahat Tuhan, aku sudah melihat dan merasakan jahatnya, sakit yang di akibatkan. Aku tdk akan berjalan tanpa seijin Tuhan. Siapapun yang mau datang dan masuk dalam hidupku, dan mencari tempat di hatiku, harus minta ijin dulu di Tuhan. Aku salah Tuhan, aku benar2 salah, karna aku menempatkan hal2 yg seharusnya bukan menjadi prioritas, justru jadi prioritas dan menggantikan posisi Tuhan. Aku sadar, tak ada yang abadi di dunia ini. Dan sekalipun mereka berjanji untuk setia, mereka tak akan pernah dapat sama seperti Tuhan.

Friday, November 30, 2012

Ketulusan Cinta

Lorong ini begitu gelap
Aku tak dapat melihat hal-hal di sekelilingku
Besar kah, luaskah, indahkah, burukkah lorong ini tak dapat kulihat karna begitu gelap
Tak ada setitik pun cahaya untuk menolongku melihat hal sekelilingku
Tak ada harapan
Jalannya terasa kasar, aku berlari untuk mencari pertolongan
Tetapi kerikil membuat kakiku terluka, keadaanku memburuk
Dinginnya lorong, membuatku semakin hilang harapan
Aku tahu hidupku akan berakhir sampai disini
Bagaimana mungkin aku dapat bertahan?
Darah terus mengalir
Suhu tubuh menurun, dingin semakin menjadi-jadi
Aku kehilangan tenagaku
Semakin lemah dan terus melemah
Keadaanku berada di ujung tanduk
Bintang Timur melihatku dan tersenyum bahagia
Telingaku menangkap canda tawa mereka yang begitu bergairah, mengetahui waktunya tidak akan lama lagi dan aku akan bertemu mereka.
Tidak hanya itu, keadaan begitu bising
Tangisan, jeritan, dan canda tawa bercampur menjadi satu
Jelas, penderitaanku adalah bahagia mereka
Semakin melemah dan terus melemah
Disitu aku mendengar derap langkah datang mendekat
Seorang Pribadi
Ia bercahaya, berlipat ganda lebih terang dari Sang Mentari
Ia memanggil namaku
Dengan lembut tetapi tegas
Ia merangkulku, mengangkatku dan mengendongku
Aku merasakan tanganNya yang kuat dan gagah mengendongku
Aku merasakan kehangatan kasihNya
Tak pernah ku rasa kasih seperti itu, tak pernah ku temukan cinta seperti itu
Sepanjang perjalanan kami, aku di pulihkan
Luka-lukaku di balutnya
Aku di urapi
Di beriNya nyanyian baru di hatiku
Tetap dalam keadaan yang sama, aku tak bisa memperhatikan keadaan sekelilingku
Tapi kali ini berbeda
Bukan karena lorong ini begitu gelap
Tetapi kecerahan Sang Pribadi membuat tempat itu begitu bercahaya
Di celikkanNya mataku
Aku mulai mengenali hal-hal di sekitarku
Aku melihat putera Fajar dan pasukannya bertelut
Tidak ada keberanian untuk menengadah
Ini adalah lorong yang begitu besar, begitu megah
Dinding lorong itu berdarah
Jiwa menangis, raga menjerit
Keadaan lorong ini begitu memprihatinkan
Ku arahkan pandanganku ke Sang Pribadi
WajahNya terlihat sedih, begitu sedih
Aku tau Ia sedang merasakan kesakitan
Ia memelukku erat, begitu erat
Ia menggendongku, kakiNya berdarah dan berbekas paku
Ku lihat kedua tangan kuat yang menggendongku
Bekas paku yang sama seperti yang terdapat pada kakiNya
Ku lihat, jauh ke belakang, berdiri sebuah salib
Tertulis namaku
Aku menangis, aku tersedu
Hatiku hancur
Kasih apakah ini?
Ini bahkan lebih dari ketulusan sebuah cinta sejati
Seharusnya aku yang di salibkan
Tapi ...
Pribadi ini, Ia gantikan tempatku
Seorang hina dan keji sepertiku
Terus melanjutkan perjalanan kami, tak satupun kata di keluarkanNya
Tetapi salib
Bekas paku pada tangan dan kaki
Wajah yang sedih
Ia sedang berbicara bahwa Ia mengasihiku



Thursday, November 29, 2012

Perisaiku , Gunung batuku

Gunung batuku dan Perisaiku yang hebat, Yesus Kristus,


Terima kasih aku sudah ada sampai sejauh ini dalam hidupku. Sampai sejauh ini di US. Aku datang bukan karena kepintaran, kehebatan, tapi kerja tangan Tuhan yang hebat dalam hidup aku. Aku ingat, ketika Mr. Jeff Benjamin datang ke Karawacci dan mewawancarai aku dan teman-temanku untuk ke US, aku tahu Tuhan bahwa banyak teman-temanku yang lebih baik grammarnya, lebih hebat di pelajaran-pelajaran lainnya. Aku hilang harapan Tuhan. Sebelum wawancara, aku berdoa, aku menikmati setiap waktuku dengan Tuhan. Ketika aku takut, aku hilang harapan, Tuhan taruh damai baru,sukacita baru di hati. Jika ada kata yang bermakna lebih dr terima kasih dan ucapan syukur, akan aku berikan semuanya untuk Tuhan. Setelah wawancara, ATM ku hilang Tuhan, itu terjadi bertepatan dengan hari ulang tahunku, Tuhan. Aku sedih Tuhan. Sampai di rumah, aku berdoa kepada Tuhan. Aku ingat sekali, aku menulis sepucuk surat untuk Tuhan, bukan surat sebenarnya sebab hanya beberapa kalimat yang aku tuliskan untukMu. Aku menulis itu dengan imanku, Tuhan: "Aku percaya Tuhan akan bawa saya ke US." Tuhan Yesusku, walaupun 50:50 tapi aku percaya, suatu hari Tuhan akan bawa aku ke US. Pada saat hari pengumuman, aku di umumkan akan melanjutkan studi ke Australi, Tuhan saat itu aku sedih, keinginanku tidak tercapai. Tuhan tahu hatiku hancur, aku sedih. Tapi betul kata Tuhan, "JalanKu bukanlah jalanmu." Aku pulang, aku berdoa, aku mengucap syukur. Apapun yang terjadi dalam hidupku, setiap hal Tuhan bertanggung jawab atasnya. Aku, Leo, Emri, Rizka, Ellen, Jorry, dan beberapa teman lainnya, kita belajar budaya dan hal-hal lainnya. Saat itu kecewa ku hilang Tuhan dan aku mulai menikmati waktuku bersama mereka, menikmati setiap hal-hal yang aku pelajari. Ketika aku menulis suratku ini, aku baru menyadari bahwa Engkau mengubah kekecewaan menjadi sukacita, Kau hebat. Itu baru di sebut Tuhan. Engkau ahli mengubah hal-hal buruk menjadi hal-hal baik dan indah. Tuhan, tapi beberapa bulan berlalu, kami tidak menemukan jurusan yang tepat. Sejujurnya Tuhan, aku pasrah, karna aku belum memikirkan jurusan apa yang hendak aku tekuni, aku berfikir bahwa tidak jadi masalah Tuhan tempatkan aku ke Australi, selama aku tidak di Indonesia. Aku minta maaf Tuhan. Itu adalah kesombongan. Aku dan teman-teman coba untuk menjelaskan hal ini ke Pak Giay, tapi tanggapannya dan hasilnya tidak sepeti yang di inginkan. Tuhan tau kami di pindahkan ke China. Hatiku semakin hancur Tuhan. Saat itu kepercayaanku ke Tuhan semakin berkurang sedikit demi sedikit. Aku mulai meragukan rencana-rencana yang Tuhan buat untuk hidupku. Maafkan aku Tuhan. Papa datang ke Jakarta dan coba untuk ngomong dengan Pak Giay, tapi tetap keputusan beliau tidak dapat di ubah. Aku marah, kecewa, hancur, semua hal buruk ini terjadi dalam hidupku Tuhan. Aku menangis, aku sedih. Tapi aku belajar untuk relakan dan pasrahkan semua Tuhan. Saat itu papa mencoba beri penjelasan, kemanapun Tuhan tuntun, pasti ada rencana indah. Tuhan, aku tau benar akan perkataan itu. Tapi terkadang tidak segampang yang aku pikirkan. Ketika aku bahagia, senang, kata-kata itu aku lihat sebagai hal yang mudah. Tetapi, ketika hal buruk terjadi, disitu baru akan terlihat seberapa besar imanku, cintaku, sayangku ke Tuhan di uji. Benar kataMu Tuhan, setiap hal perlu di uji untuk di lihat keasliannya. Terima kasih Tuhan sudah letakan dasar yang kuat, akar yang kuat di dalam Tuhan. Aku bisa bayangkan, teman-temanku yang lain, ketika mereka kecewa, banyak tindakan-tindakan yang tidak benar yang mereka lakukan, seperti menyakiti diri sendiri, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. Tapi jiwaku memilih untuk tetap diam di dalam Tuhan, aku hanya bisa menangis Tuhan. Aku hanya bisa menangis Tuhan. Aku tahu benar, itu bukan kuatku Tuhan. Tapi itu Roh Kudus. Tuhan, aku tulis surat ini ke Tuhan, aku percaya ketika aku berbicara dengan Tuhan, dalam bentuk apapun, akan Tuhan dengar. Saat ini, saat menulis surat ini aku mau Tuhan tahu, aku sayang Tuhan, aku cinta Tuhan. Aku setiap detik kecewakan Tuhan, sakiti hati Tuhan, dukakan hati Tuhan. Tidak ada hal yang baik dalam hidupku yang bisa aku berikan untuk Tuhan. Tuhanlah cinta pertamaku, Tuhanlah yang sayang dan cinta padaku. Tidak ada kasih manusia yang setara dengan kasih Tuhan. Ketika mami Lia datang dan memberi tahu bahwa Rizka, Emri dan aku di pilih ke Amerika. Hati ku senang sekali Tuhan. Senaaaaannnggg sekali. Aku bersukacita, aku bahagia. Aku teringat janjiku dengan Tuhan. Ketika Tuhan membuka pintu, tidak ada yang dapat menutupnya.
Saat ini Tuhan, sudah hampir 2 tahun sudah aku di USA. Terimakasih untuk penyertaan Tuhan. Begitu sempurna. Setiap hal yang terjadi, Tuhan ijinkan untuk membentuk aku. Aku mau jadi wanita yang tumbuh untuk Tuhan. Aku tahu Tuhan, aku bukan wanita yang suci lagi di hadapan Tuhan. Aku tercemar, aku hina di hadapan Tuhan. Tapi satu hal yang ku tahu, setiap hati yang datang kepadaMu tak pernah Kau tolak. Kalau hari-hari ini aku patah semangat, aku malas, ingatkan aku kembali Tuhan kalau aku berjuang bukan untuk orang-orang di sampingku, bukan untuk mereka, bukan untuk dunia, sebab aku melihat dengan mata kepalaku bahwa orang-orang mengecewakan ku. Tapi aku ini, aku mau berjuang untuk Engkau. Engkau kekasih ku, Engkau milikku, selamanya milikku. Aku mau berjuang untuk Engkau, sekalipun aku kehilangan nyawaku, Tuhan, aku mengasihiMu.
Hari-hari ini begitu berat Tuhan. Nilai semester hancur, keluarga belum di pulihkan, banyak teman berkhianat, aku tidak tahu Tuhan, hal buruk apa yang akan terjadi lagi. Aku ingat, seorang kekasihMu pernah berkata, "Sekarang iblis sedang menembakkan panah-panah mereka untuk setiap anak Tuhan." Aku terkena panah itu Tuhan, aku sakit, keadaan rohaniku memburuk. Tuhan tolong aku, tolong sembuhkan, pulihkan rohaniku Tuhan. Aku tahu Tuhan, bahwa mujizat masih ada bagi orang-orang percaya, bahwa saat ini pemulihan anak-anak Tuhan sedang terjadi. Tuhan sendiri berkata kepada iblis di pintu gerbangnya, bahwa jaman ini, saat ini, masa ini, anak-anak yang iblis tahan akan Tuhan lepaskan.
Tuhan, tolong nilai-nilaiku semester ini. Tolong Tuhan. Aku ingat janjiku ke Tuhan. Aku ingat nazarku ke Tuhan. Saat Engkau menolongku, jiwaku akan bersorak dan hatiku akan menyanyi dengan girang sebab Tuhan lah penolongku. Aku datang ke Tuhan sebab aku tahu, pertolonganku datang dari atas, dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Tidak ada satu pun manusia yang dapat menolongku, sekalipun mereka yang di anggap bijaksana oleh dunia. Tolong aku Tuhan. Tolong aku. Aku berserah, aku pasrah ke Tuhan. Sekarang Tuhan yang bekerja. Aku siap melihat pembelaan Tuhan.
Aku tidak akan kembali Tuhan. Tidak akan kembali ke jalanku yang lalu, sebab yang masa laluku telah mati bersama Kristus, dan masa depanku bangkit bersama Kristus. Aku tidak akan lihat kebelakang Tuhan, aku maju bersama Tuhan , aku akan melayani Tuhan seumur hidupku. Kalau untuk orang tua ku, kalau untuk pacarku, kalau untuk mereka yang ku sayangi, aku berjuang sepenuh hati, kenapa untuk Yang Tercinta, aku tidak berjuang lebih keras lagi? Aku tahu akan banyak dan lebih banyak tantangan, tapi Roh KudusMu, biarlah Ia tinggal dalamku dan memimpinku, Tuhan. Tolong berikan aku satu kesempatan lagi dari Tuhan. Dan aku akan berjuang untuk yang terbaik untuk Yang Tercinta. Aku memang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa berikan yang terbaik Tuhan. Sebab siapakah aku ini Tuhan? Tetapi inilah saatnya Tuhan. Saat dimana aku harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Aku berjuang sampai dimana Tuhan perintahkan aku pulang. Aku butuh tahun ini berlalu Tuhan. Aku butuh semester baru, perjuangan baru untuk ku mulai. Tapi Tuhan, aku tidak mau menjadi seperti 'pesuruh' Tuhan. Itu kerinduanku Tuhan. Sesungguhnya jika Tuhan berkehendak maka semuanya itu akan terjadi. Tapi Tuhan, liat hatiku Tuhan. Bentuk seperti apa yang Kau mau. Tolong beri aku kekuatan Tuhan. Kekuatan seperti burung rajawali, kekuatan yang baru, semangat yang baru, sukacita yang baru.
2 minggu lalu, semester ini usai Tuhan. Natal segera tiba. Aku jauh dari keluargaku, tapi dalam Tuhan kami dekat. Tuhan tahu persis bagaimana keadaan keluargaku. Aku mengucap syukur Tuhan untuk setiap anggota keluarga kami.Pemulihan keluarga pasti terjadi dalam namaMu. Tuhan hari ini suratku untuk Tuhan begitu panjang. Bahkan, sepanjang apapun yang ku tulis, tidak akan pernah setara dengan hal-hal dahsyat yang Tuhan buat. Aku seperti berjalan dalam lorong yang gelap Tuhan, aku sama sekali tidak bisa melihat atau menerka hal-hal yang akan terjadi di depanku Tuhan. Begitu gelap Tuhan. Tapi aku bisa merasakan tangan Tuhan yang memegangku. Aku bisa merasakan hangatnya kasih Tuhan. Tuhan ini pintaku. Tuhan tolong semester ini. Aku ingin merayakan ulang tahunku yang kedua di US sini. Aku ingin orang melihat bukti tangan Tuhan dalam hidupku. Aku ingin orang melihat bahwa Engkau yang menyertaiku dan Engkau tidak gagal bekerja dalam hidupku. Aku cinta Kau.

Cintaku padaMu,
Cherry W

Sunday, January 1, 2012

Jewish Name- Ariel


Ariel Ariel



There is certainly one person in the Bible named Ariel and that is one among the leaders who are sent to Iddo by Ezra, to ask for temple ministers (8:16-17). Some translations mention an Ariel in either 2 Samuel 23:20 or 1 Chronicles 11:22 but that is dubious (see below). In Isaiah 29:1-8 the name Ariel is applied to Jerusalem.

The name Ariel is a compound of the Hebrew words Ari (ari), meaning lion or gatherer of food from the verb ara (arah), to collect, to gather food (see the name Ari), and the name el (El), the common abbreviation of Elohim.

The Hebrew name Ariel means Lion Of God.

The occurrence of the name Ariel or word ari'el found in 1 Chronicles 11:22 is subject to some debate. Most translations go with a translation of the word in stead of a transliteration of the name (Green, KJV: two lionlike men of Moab; Schlachter: beiden Gotteslöwen Moabs; NBG twee grote helden [=heroes] van Moab; NAS: two sons of Ariel of Moab, with 'two lion-like heroes' in a footnote). The reason for all this is an exact parallel in 2 Samuel 23:20, except that the familiar word Ariel (ariel) is now spelled without the yodArel (arel).

This Hebrew word Arel (arel) returns in Isaiah 33:7 only, where it is commonly translated with heroes or variants thereof (NAS: brave men; KJV: valiant ones; Green: heroes; Schlachter: Helden; SVV: allersterksten [=most strong ones]; NBG: herauten [=heralds]).

The name Ariel with which Isaiah endows Jerusalem in 29:1-8 may mean Lion of God, but it may also mean something more gruesome. Some linguists have derived this instance of the name Ariel from the word Ariel, altar or alter-hearth, which is used by Ezekiel in 45:15-16 (who in turn also uses a unique variant Ariel once in v 15). It is said that the word Ariel is a noun derived from an assumed Hebrew verb ara (arah), which via-via may be related to an Arabic verb to burn. The post-fixed letter lamed is blamed on a so-called afformative, although it is not clear what exactly it forms.

Something that none of the sources mentions is that the Hebrew verb ara(arah), to collect or gather, specifically of food, is readily applied to an incinerator of sorts; there is no need for an additional verb that means to burn. The relationship between the ariel of Isaiah 29 and Ezekiel 43 suggests the nature of the woe that would strike Jerusalem, as HAW Theological Wordbook of the Old Testament attests, "Israel shall become, under the judgment of God, an Ariel, an altar hearth, that is, the scene of a holocaust."

Source: 
http://www.abarim-publications.com/Meaning/Ariel.html#.TwEtnjW2-0s